gilafilm

i think i wouldn't really consider myself a director. i still see myself as an audience member - an audience member who stepped behind a camera.

Rabu, 18 Juni 2008

cerita tentang kursi di sebuah pete-pete

Menghabisi 5 tahun 8 bulan di kampus Unhas membuat saya tidak pernah lupa dari mana saya bisa mendapat kata-kata di atas. Mungkin kata-kata di atas hanya berlaku buat saya saja, tapi siapa tau anda juga pernah mengalaminya.

Seperti biasa, saya selalu naik angkot (Pete-pete ; bhs gaulnya Makassar) bila hendak pergi ke kampus. Jalur yang saya naiki adalah 02. Jalur ini rasanya hampir sama dengan cerita saya yang lalu yang berjudul 63. Jalur yang armadanya sedikit, bermesin tua dan memiliki jumlah penumpang yang banyak. Yang membedakan k-lo jalur 63 itu berjenis bus (kopaja) kalau ini jenisnya colt, carry or Mitsubishi TS 120.

Di dalam sebuah angkot (pete-pete) ada berbagai macam jenis tempat duduk yang mungkin pernah Anda tempati. Dari tempatnya saja, Anda pasti sudah mengetahui dimana letak kenyamanannya.

Yang pertama adalah kursi raja. Tempatnya pas disamping pak sopir yang sedang bekerja. Sebuah tempat yang memberikan rasa nyaman bagi siapapun juga. Disamping kita tidak perlu bersempit-sempitan kita juga tidak akan kehabisan oksigen. Kita ibarat raja yang bisa dengerin MP3, baca komik, baca Majalah, mandangin cowok or cewek cakep yang lewat tanpa ada yang ganggu. Kecuali tabrakan!!!.


Yang kedua adalah ”kursi pas” yaitu pas dekat pintu angkot. Bila kita duduk kita hanya mengatur posisi kita saja, mau pas menghadap ke penumpang, atau pas menghadap ke pintu. Posisi ini senantiasa menjadi rebutan meskipun tempat duduk yang bagian belakang masih kosong. Anda masih bisa dengerin Mp3 dengan nyaman, tidak kepanasan, angin!!!! Oww jangan khawatir masuknya pasti melewati Anda dulu, bisa mandangin cowok or cewek cakep yang lewat, paling cepat loncat bila terjadi apa-apa, dan kesenangan ini bisa Anda peroleh bila tidak dalam keadaan hujan deras, badai, apalagi tsunami.

Yang ketiga adalah ”kursi pembicara” yaitu kursi yang posisi duduknya membelakangi sopir, menghadap ke arah belakang alias berlawanan arah dengan jalannya angkot. Posisi ini memang layak disebut kursi pembicara sebab dalam forum-forum, posisi ini hampir sama dan diduduki oleh pembicara. Apabila ada penumpang yang duduk pas disamping Anda, maka lengkap sudah seminar kita. Ada pembicara ada moderator merangkap notulen dan ada tamu undangan.

Nah, kursi ini juga terkadang menjadi penyelamat bila di dalam angkot terasa panas sekali. Meskipun duduknya di atas bangku kayu dan terjepit diantara dengkul-dengkul para penumpang, tapi tempat ini masih bisa memberikan rasa nyaman. Anda masih bisa dengerin MP3, angin!!! Pastinya!!!, Anda berada di dekat pintu, masih bisa curi-curi pandang k-lo ada cowok or cewek cakep yang lewat, agak susah k-lo baca majalah, kalau pun komik anda akan terganggu dengan lalu lintas manusia yang keluar masuk. Dan kesenangan ini bisa Anda nikmati bila tidak hujan deras, badai dan rem yang mendadak dari sang sopir.

Yang keempat adalah ”kursi kudapan”. Kepanjangan dari ku duduk langsung berhadapan. Yaitu tempat duduk yang bila ada mendudukinya anda akan berhadap-hadapan dengan penumpang lainnya. Posisi ini akan terasa nyaman bila Anda naik angkot bareng dengan pacar Anda. Anda akan merasa betah dan tak ingin beranjak. Apalagi bila pacar Anda duduk disamping Anda. Namun, bila kondisinya Anda masih jomblo wah......(kasian juga ya) mungkin Anda hanya bisa curi-curi pandang bila ada cewek cakep or cowok cakep di depan Anda dan berharap-harap cemas kapan ya saya bisa punya pacar kaya dia. Tapi jangan khawatir bro! Or sis! Posisi inilah yang memungkinkan terjadinya sebuah perkenalan dalam sebuah angkot.

Panas!!! pastinya!!! Apalagi kalau kaca jendela angkot Anda tidak bisa dibuka. Well, selamat Anda bisa bersauna ria.

keempat jenis kursi diatas adalah kursi-kursi yang sempat teridentifikasi oleh saya selama 5 tahun 8 bulan kuliah di Unhas yang pulang pergi naik pete-pete 02.

Karena saya sudah pernah merasakan semua jenis kursi tersebut lengkap dengan susah-senangnya, maka saya akan berbagi pengalaman saya tentang hal-hal aneh yang berimplikasi pada perubahan pola pikir pada diri saya.

Ada 3 jenis kursi yang bila saya duduk akan menstimulus otak saya untuk membantu saya dalam berpikir, merenung, berimajinasi, bahkan tertawa sendiri. Mereka adalah :

”kursi raja”.
Bila saya duduk ditempat ini dan mengalami perjalanan yang cukup panjang saya akan senantiasa bertemu dengan masa depan saya. Pandangan saya serta merta akan terbawa ke arah depan. Melihat mobil-mobil, motor-motor dan deretan rumah-rumah. Setiap benda yang saya perhatikan mengajak saya untuk berimajinasi masuk ke dunia masa depan.

Perlahan-lahan saya mulai keluar, sejenak melepaskan dunia masa kini saya dan masuk ke dunia masa depan saya. Saya dibawa terbang jauh, jauh sekali menuju negeri impian saya, berkunjung ke impian yang satu dan melihat diri saya ada disana kemudian terbang ke impian yang lain melihat diri saya juga ada disana. Dimana setiap impian memanggil-manggil untuk segera memasukinya. Benar–benar perjalanan imajinasi yang luar biasa.

Di kursi ini saya senantiasa menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah pak sopir. Tentang anaknya yang mau sekolah tapi tidak ada biaya, tentang keluarganya yang berantakan, tentang mertuanya, tentang kegilaannya, tentang kenakalan para sopir, tentang kekesalannya terhadap Mahasiswa yang suka bikin macet kalau demo, tentang harga BBM, tentang presiden, gubernur, walikota, bupati, dosen, guru, dan semua uneg-unegnya yang membuat saya banyak belajar dari pengalamannya.

Kursi ini juga, yang membuat saya senantiasa berpikir tentang hari esok. Tentang apa yang harus saya perbuat satu, dua, atau tiga hari ke depan. Tentang pilihan-pilihan yang saya harus diambil, sebab hidup ini senantiasa menyediakan banyak pilihan, sebab hidup ini.............. dimulai dengan kita memilih.




”kursi pembicara”
Duduk di kursi ini sudah pasti bikin Anda pusing bila belum terbiasa. Tapi ketika Anda mulai menikmatinya Anda akan terbawa ke dunia masa lalu Anda.

Yang pertama, saya akan memandangi wajah-wajah dari para penumpang setelah mendapat posisi ini. Mencoba mendeteksi apakah diangkot ini ada teman saya, pacar saya, keluarga saya, musuh saya atau pencopet barang kali.

Saya pun memulai berpetualangan di kursi ini. Saya akan memperhatikan satu persatu wajah-wajah para penumpang. Mulai dari ekspresi mereka, gerak-gerik mereka, Pakaian mereka, gestur, mimik, bunyi-bunyian yang mereka keluarkan, body language, parfum yang mereka pakai dan segala bentuk komunikasi verbal dan nonverbal mereka terekam dalam memori otak saya melalui kedua mata, telinga dan indera penciuman saya.

Dan setelah itu saya akan mengambil kesimpulan dari setiap para penumpang tentang siapa dirinya, bagaimana karakternya, apa yang sedang dia pikirkan, kemana ia hendak pergi, status sosial ekonominya, masalahnya, cara mereka berbicara, cara mereka membangun hubungan, solidaritas mereka, jiwa sosial mereka, dan pengalaman buruk yang pernah mereka alami.


Kursi ini juga yang mengajak saya untuk melihat masa lalu saya. Masa-masa indah, masa-masa sedih, waktu kecil saya, kejadian lucu yang menimpa saya dua atau tiga hari yang lalu dan membuat saya terkadang bersedih, tersenyum bahkan tertawa sendiri.

Kursi ini juga yang mengajarkan saya untuk percaya diri. Berani menatap mata dari setiap penumpang dan berani teriak ”berhenti atau stop” bila sang sopir tidak mendengar kata berhenti dari penumpang di bagian belakang.

Di kursi ini juga, saya belajar untuk senantiasa memberikan ruang bagi penumpang lain agar leluasa masuk dan keluar dalam angkot, mengangkat dan menurunkan bila barang-barang mereka banyak.

Sebuah tempat yang membuat diri saya senantiasa bercermin. Karena hidup ini senantiasa menjadi cermin dari keyakinan. Dan setiap ruang, waktu, benda, binatang, pohon, peristiwa, dan orang-orang yang saya temui hingga detik ini adalah cermin buat saya.


Yang terakhir ”Kursi kudapan”
Kursi ini membawa saya untuk berpikir tentang hari ini. Tentang apa yang harus saya lakukan setelah saya turun dari angkot. Tentang hal-hal kecil yang mungkin lupa terbawa, Tentang semua aktivitas yang akan saya lalui hari ini. Di kursi inilah segala sesuatu hal mulai ditata, mulai harus turun dimana, lewat jalan mana, makan siang dimana, nongkrong dimana, nongkrong sama siapa, ketemu pacar apa nggak, PDKT apa nggak, pergi nonton apa nggak, duit cukup apa nggak, hingga jam berapa saya harus pulang ke rumah.

Kursi inilah yang menjadi saksi pertemuan saya dengan mantan pacar saya beberapa tahun yang lalu. Dimana saya mulai melihatnya, mengaguminya, menyukainya, berkenalan dengannya hingga akhirnya harus berpisah dengannya. Yah.......dikursi inilah terakhir kali saya mengantarnya setelah saya diputuskan olehnya.


Well, ada banyak pengalaman-pengalaman yang bisa kita peroleh hanya dari satu tempat saja. Sebuah angkot yang menjadi tempat terburuk sekaligus terindah buat saya. Terima kasih buat sopir pete-pete 02 atas segala angkutannya selama saya kuliah. Meskipun saya hanya mengenalnya lewat wajah tapi saya masih tetap ingat masing-masing dari mereka lewat karakter angkotnya. Lewat deru mesinnya yang sudah tua, jalannya yang lambat sekali dan tape-nya yang suka ngadat. Namun mereka telah banyak memberikan pelajaran, kesan, pengalaman, ilmu dan hampir saja calon istri buat saya.

Anyway. Thanks for u too.

Jumat, 06 Juni 2008

63

”Simfoni desak-desakan, jubel-jubelan, gesek-menggesek hingga jepit-menjepit kembali bermain dalam irama kehidupan kota jakarta”

Di sebuah Bus kopaja yang sesak dipenuhi oleh manusia-manusia yang sedang mengejar impiannya.

Kondektur :

(berteriak pas disamping telinga wawan)

Ya!!.tolong..tolong...ya geser dikit ya!!!

Para penumpang pun terlihat diam tak ada yang bergeming. Bus pun melaju dengan kencang tak menghiraukan para penumpangnya yang tumpah-tindih, desel-deselan, jubel-jubelan hingga gesek-gesekan. Seorang pria berbadan kurus, membawa tas ransel hitam terjepit diantara sela-sela pintu dan bahu penumpang lain. Pria yang biasa dipanggil wawan ini memperhatikan kondektur yang keliatannya merasa nyaman diatas penderitaan penumpang bus.

Hawa panas mulai terasa. Keringat pun bercucuran. Berjatuhan membasahi pakaian-pakaian kebesaran dan melunturkan make-up – make-up dari wajah para penumpang.

Oksigen menipis. Bau tak sedap pun mulai tercium. Bercampur aduk menjadi aroma kehidupan yang menyatu di dalam bus. Sang sopir keliatannya cuek, Apalagi kondekturnya yang tidak pernah kasihan terhadap penumpangnya dijepit berjam-jam di atas sebuah bus. Tak ada angin kipas angin apalagi AC. Yang ada hanya ventilasi udara kecil diatas jendela dan dua pintu dibagian depan dan belakang. Hanya itulah sumber angin yang dipunya dari bus tua ini.

Macet. Sudah pasti, ini bukan menjadi hal yang baru bila anda termasuk orang yang berkantor di jam-jam neraka dipagi hari.

Bus pun berhenti dengan tiba-tiba. Beberapa orang penumpang memaksa diri untuk masuk ke dalam bus yang hampir meledak gara-gara over muatan.

Kondektur :

(berteriak lagi pas disamping telinga wawan)

ayo mas!!! Tolong mas , geser dikit mas...ayo mbak!! Geser dikit...

yang didalam..mas! mbak tolong mbak!!

Wawan yang berada tepat disamping mulut pak sopir langsung nyerocos.

Wawan :

(berteriak dimuka pak kondektur)

Udah penuh pak!!!

Kondektur :

(berteriak & pura-pura cuek)

Tolong ya mas!!! Tolong ya sama-sama butuh ya!!!

Ayo mas mbak yang di dalam geser dikit yo!!

Wawan pun terdiam. Mendengar kata ”sama-sama butuh” membuatnya berpikir. Sepertinya kata ini menjadi jurus ampuh bagi setiap kondektur untuk mengantisipasi penumpang seperti wawan. Kalau pun protes, sia-sia saja sebab tak ada bus lain yang lewat. Dan jalur ini hanya milik 63.

Para penumpang pun perlahan-lahan bergeser,mencoba memberikan ruang dengan memiringkan badan, merapat ke jendela, dan pasrah kejepit. Penumpang baru pun naik seolah-olah tak merasa bersalah. Cuek. Dingin. Asyik aja.

Bus pun jalan para penumpang pun kembali bergoyang layaknya rumput ditiup angin. Simfoni desak-desakan, jubel-jubelan, gesek-menggesek hingga jepit-menjepit kembali bermain dalam irama kehidupan kota jakarta. Suara klakson, bunyi mesin tua, suara kondektur turut ikut berkolaborasi. Kondektur pun bergerak masuk diantara celah-celah penumpang, bermain diantara ruang-ruang sempit sambil menarik ongkos dari para penumpang. Sebuah rute yang memang jadi favorit para kondektur. Terlihat sang kondektur tersenyum. Sebuah senyum kemenangan.

Wawan masih saja memperhatikan gerak-gerik kondektur. Sepertinya ia mulai memasrahkan tubuhnya untuk terjepit, merasakan sakit namun menikmatinya. Mungkin karena ia sudah lelah akibat dehidrasi. Mungkin saja dengan memilih diam dan menikmati tidak membuatnya kehilangan banyak energi. Ia pun belajar untuk bersabar, ikhlas dan mencoba menikmati setiap kondisi terburuk apapun dalam hidup ini.

Bus pun terjebak di tengah-tengah antrian mobil yang panjang. Hawa panas menyerang, oksigen menipis, tubuh pun terpanggang. Selamat menikmati!!!!.

Senin, 02 Juni 2008

Sunday’s story

Tetangga kost :
semalam gak nginep sini ya mana mas?

Wawan : nggak bu!........
Tetangga kost : mbok’ ceweknya di bawa kesini! Biar ada temannya
Wawan : (diam sejenak, lalu tersenyum) gak ada bu!
Tetangga kost : nggak ada Wallaah mas e iki...dibawa ke sini aja biar ada yang nemenin
Wawan : iya bu, ntar k-lo udah mo merit, ntar pasti dibawa kesini,nginep sekalian disini, jadi berdua.....
Tetangga kost : iya biar rame mas!!

Wawan : iya bu! (sambil mengangkat jemurannya)

Si tetangga kost lalu masuk ke kamarnya kemudian keluar lagi membawa hp.

Tetangga kost : mas! Iki hp ku ko ene sms tapi ko’ ra iso dibaca ya? Dari
kemarin mas!
Wawan : (melihat ke hp si tetangga lalu mengambilnya) coba saya liat bu!,
Tetangga kost : maklum mas! Hpnya dah tua

(Wawan melihat hp si tetangga yang di layar menunya ada gambar amplop pertanda ada pesan di inbox, ia lalu membuka pesan inbox kemudian memencet tulisan

”liat” di monitor hp)

Wawan : kok gak bisa ya? Tetangga kos : iya mas dari kemarin, siapa ada tau ada pesan dari anak di kampung....nggak bisa ya mas?
Wawan : ntar ya bu! Ta coba lagi......kok nggak mau ya?

Tetangga k : hp tua si mas dah rusak kali ya?

Wawan : coba dimatiin bu! Trus dihidupin kembali

Tetangga kos : gimana mas?

Wawan : hpnya dimatikan lagi trus dinyalain lagi

Tetangga kost : oh....

(si tetangga kost mematikan hp lalu menyalakan kembali dan menyerahkan ke wawan)

Tetangga kos : gimana mas?

Wawan : ntar ya bu! (sambil mengecek ulang)

Tetangga ko : nggak bisa ya?

Wawan : nih..dah bisa bu! (sambil memperlihatkan pesan di hp ke sang Ibu)

Tetangga ko : apa pesannya mas?

Wawan : ini bu dari providernya ngasih tau k-lo kartu ibu udah diikutkan ke tarif s****** p*** yang tarifnya 0,5/dtk sampai menit ke-13.
Tetangga kost : Ooo....apaan itu mas?

Wawan : biasa bu!....promo dari kartu ibu

Tetangga kost : wah ra ngerti mas!, bisa ya mas?

Wawan : bisa bu! Ini udah hilang gambar amplopnya

(namun gambar amplop di tampilan menu awal hp muncul kembali)

Wawan : tapi ko muncul lagi ya

Tetangga kost : apanya mas?

Wawan : ini bu gambar yang nandain kalau ada sms (sambil memperlihatkan ke si Ibu) tapi gak pa pa ko bu yang penting smsnya bisa dibaca

(menyerahkan hp ke si Ibu)

Tetangga kost : Ooo ya udah mas, makasih ya mas! Makasih banyak mas!

Wawan : Iya..iya bu!

Tetangga kost pun kembali ke kamarnya, Wawan pun masuk kamarnya sambil membawa jemurannya.

Wawan said :

  1. Jujur saja, Hingga saya menulis Sunday’s story ini saya gak tau nama dari ibu tetangga kost saya sendiri. Apalagi bapak kost, ibu kost, anaknya bapak kost lebih-lebih lagi alamat kost. Jadi k-lo ada yang nanya tentang alamat kost, saya bilang aja di belakang kantor. K-lo ada yang minta alamat baru saya buka contekan. Well it’ means : saya tuh gak care sama orang disekitar saya alias asyik sibuk sendiri. It’s sign coz I have no social life, again..…n again……well I have to change it.

  1. Dialog awal di atas bila kita lihat lebih jeli adalah sebuah custom (basa-basi) yang kental pada masyarakat jawa yang hendak (punya keinginan) meminta tolong ke orang lain. Dan ini, biasanya dipakai dalam pola dialog ala film Hollywood dalam setiap sesi perkenalan. Well, the key is : setiap kita buat dialog hendaknya jangan straight to point tapi dimainkan dulu biar mengalami proses dramatisasi or stretching momment. Dan sang ibu diatas berhasil memainkan perannya. Seandainya saya suruh ulang lagi dan saya rekam dengan handycam pasti gak bisa coz emosi dan moodnya sudah hilang. k-lo pun bisa, pasti gak mau karena gak dibayar.

  1. Basa-basi dari tetangga kost yang saya blok kuning diatas adalah basa-basi yang menyesakkan dada dan membius pusat syaraf saya. Rasanya, seperti gak ada basa-basi yang lain. ” Apa gak liat ya? k-lo saya tuh masih jomblo!!!”. Sepertinya, tetangga saya ini tau aja pertanyaan yang bisa menjebak saya.

  1. Anyway, this Sunday’s story is a true momment. ‘n saya gak ada niatan untuk mempromosikan salah satu produk provider yang bikin pusing tetangga kost dan saya sendiri dengan promo tarif telpon terbarunya.